Tulisan #58 Mengatur ekspektasi dalam Berkarya⁣

sumber: pexels.com

Banyak hambatan yang bakal ditemuin ketika kita mau memulai sesuatu. Termasuk ketika kita ingin memulai berkarya. Mulai dari peralatan, keuangan, mental, semangat, motivasi, dan hal-hal lain yang bisa membuat kita gak jadi berkarya. Atau bahkan berhenti berkarya ketika sedang memulainya. Tapi di antara hambatan-hambatan tadi yang barusan gua sebutin, itu bisa diatasi dengan pelan-pelan. Satu-satu. Gak semua hambatan yang ditemuin ketika mau memulai berkarya tadi harus diberesin barengan atau secara bersamaan. Kalian bisa mencicil untuk mengatasi hambatan tadi. Dan jika hambatan demi hambatan untuk memulai berkarya udah teratasi, maka kita tinggal injek ‘pedal gas’ nya dan langsung tancep berkarya. Atau bahkan ada juga yang gak mikirin hambatan-hambatan yang ada. Pokoknya gak banyak AIUEO, langsung gas aja mulai pokoknya. Tapi nyatanya gak gitu juga. Kita harus ada Tujuan dalam berkarya. Yaa gak harus si, tapi itu akan membuat kita lebih mudah menjaga supaya tetep dalam ‘jalur’ saat berkarya.⁣
Tujuan dalam berkarya? Misal nya?⁣
Tujuan nya, misalnya untuk Uang, Terkenal, Diakui Karyanya, Iseng(?), Menyalurkan minat, atau bahkan Menaklukkan Dunia dan Alam Semesta? Oke, yang terakhir mungkin udah berlebihan. Tapi gak ada salahnya kok memilki Tujuan dalam Berkarya.⁣
.⁣
.⁣
Nahh setelah kita siap untuk berkarya. Masih ada satu hambatan lagi yang jarang orang ketahui. Atau mungkin bukan hambatan, tapi lebih ke rintangan. Salah satu hal yang sering menjadi rintangan ketika untuk memulai berkarya adalah Ekpektasi. Iya, Ekspektasi dalam Berkarya.⁣

sumber: pexels.com

Karena udah banyak kasus gua perhatiin atau yang gua lihat. Seseorang berhenti berkarya karena gak sesuai dengan ekspektasi yang mereka miliki atau seperti yang dibayangkan ketika di awal mereka akan memulai berkarya. Ya, itulah rintangannya. Orang-orang dengan ekpektasi yang terlampau tinggi dalam berkarya sering terbanting oleh ekpektasi nya sendiri. … Ya memang gak ada salahnya dalam ‘berkhayal’. Yang salah adalah Ekspektasi Tinggi dalam berkarya yang dilakukan ketika bahkan belum memulainya.⁣
Contohnya gimana?⁣
Contohnya, misal ketika di awal berkarya di bidang lukisan atau menggambar. Yahh atau yang paling kece sekarang Desain Grafis lah yaa. Misal kita menganggap karya kita udah cukup bagus dan bakal diakui oleh orang-orang. Apalagi ketika di-Upload di MedSos, kita sering berpikir ini hasil gambar/ lukisan/ desain nya bakal mendapat banyak Like, Retweet, Love, View, atau hal-hal lain yang memperlihatkan bahwa karya kita telah diakui dan disukai oleh banyak orang. Tapi ternyata, karya tersebut kurang mendapat respon seperti apa yang diharapakan dalam ekspektasi tadi. Yang mana itu pasti akan menggangu mood dan semangat kalian dalam berkarya lagi. Yes, itulah hambatan atau lebih tepatnya rintangan yang harus kita hadapi ketika berkaya.⁣
Nahh cara untuk mengantisipasinya adalah dengan Mengatur Ekspektasi dalam Berkarya. Iya, ketika memutuskan untuk mulai berkaya, sebaiknya kita harus mengatur ekspektasi kita terlebih dahulu terhadap Karya kita atau Usaha kita atau Perjalanan kita dalam berkarya. Jangan selalu berpikir kalau kalian ‘Pasti akan Langsung Berhasil’ ketika baru memulai. Yaa memang ada orang yang ketika melakukan debut nya, langsung ‘pecah’ dan mendapat respon yang sangat amat baik. Tapi itu kan gak semua, mungkin bisa dibilang 1:100.000? Who Knows?
Bukannya gak boleh kita berpikir akan Keberhasilan. Cuman ada tahapannya. Pasti berhasil? Yes. Langsung berhasil? Not Really, pal.⁣
sumber: pexels.com

Ketika kita mulai berkarya. Nikmati aja prosesnya. Lagi pengen, ya digass pedalnya. Lagi capek ya ijek dulu rem nya, isitrahat. Lagi gak mood? Kumpulin mood nya dengan melakukan/ melanjutkan ‘karya’ tersebut. Yang penting perasaan kalian ketika membuat karya itu senang. Yaa mungkin memang terdengar bullshit. Tapi bukankah membuat karya akan terasa lebih enak dan menyenangkan ketika perasaan kita happy? Daripada berkarya dengan perasaan yang amburadul dan gak karuan. Karya jadi nggak, hati tambah berantakan iya. Hadeehhh. Makanya berkarya itu untuk seneng-seneng juga yaa.⁣
Lanjut mengatur ekspektasi dalam berkaryanya. Cara kali ini adalah yang gua terapkan ketika gua berkarya. Dan mindset ini gua dapet dari salah seorang yang menginspirasi gua di dalam dunia ‘kreativitas’ yaitu, Wahyu ‘Pinot’ Ichwandardi, atau di Twitter biasa disapa dengan panggilan Papin Pinot.
Selain menekan pemikiran ‘Pasti akan Langsung Berhasil’ tadi, kalian juga bisa berpikir bahwa apa yang kita lakukan itu adalah sebuah Iseng belaka, tapi, kita melakukan keisengan itu dengan Serius. Dan gua menamakan mindset yang gua dapet dari Papin ini adalah #IsengTapiSerius. Tengkyuuuh papin atas inspirasi dan contoh baiknya!⁣
Iya. Kita berkarya dengan berpikir itu adalah sebuah keisengan, tapi kita lakukan dengan serius. Serius di sini dimaksudkan dengan tetap menekankan konsistensi, ketelitian, Keuletan, dan Kerja keras yaa. Hanya beda nya, kita lakukan secukupnya aja. Gak usah ngoyo-ngoyo banget kayak kalo lagi ngerjain project dari klien. Dengan begitu, kita gak akan terbeban oleh ekspektasi. Kenapa? Kan kita ngelakuin nya sekadar Iseng doang. Tapi hasilnya bakal tetep keliatan nanti kalo udah selesia karyanya. Kok bisa? Kan kita ngelakuin nya tetep dengan serius. Yee kan? Jadi usaha tetep jalan, mood bisa terjaga, semangat bisa diatur, hasil karya tetap tercapai, dan hati pun senang. Fualla! #IsengTapiSerius⁣

sumber: pexels.com
Walaupun kita berkarya dengan tidak menitikberatkan Keberhasilan dalam waktu dekat. Tapi kita tetep butuh yang namanya ‘peluang’ agar karya kita bisa mendapat kesempatan yang lebih besar. Caranya adalah dengan carper atau pamer. Iya, pamer. Tapi pamer nya dengan cara yang bener yaa. Yaitu dengan memperlihatkan karya-karya kita di Media Sosial. Gak bohong kok kalo Media Sosial adalah tempat pamer. Hanya aja cara pamer orang beda-beda, ada yang norak dan ada yang berkelas. Kita boleh pamerin hasil karya kita dengan tetap mengatur ekspektasi kita dalam berkarya. Ketika kita ‘pamer’, lupain dulu deh ekspektasi tentang Apresiasi yang berlebih. Jangan terlalu focus dan jangan hiraukan jumlah Like, Love, Retweet, View, dan sebagainya. Karena itu juga bagian dari ekspektasi, hanya aja itu berbentuk angka. Tetep fokus ’pamer’ dan kumpulin karya kita tadi di Media Sosial. Dengan kata lain, jadikan profil Media Sosial yang jadi tempat ‘pamer’ tadi sebagai portofolio kita. Dengan begitu orang-orang bakal bisa liat karya kita dengan lebih jelas, dan tentunya terbebas dari ekspektasi dalam berkarya yang bisa menjerumuskan kayak Hasutan Ibu Tiri.⁣
Jadi kalo baru mulai berkarya, atau sedang berkarya, atau baru akan mulai berkarya, jangan lupa untuk mengatur ekspektasi dulu. Supaya tekad yang menggebu-gebu dalam berkarya itu gak mudah ilang dan drop. Lupain dulu deh itu khayalan-khayalan akan apresiasi yang ada di kepala kau itu. Fokus aja dulu dengan bagusin konten, teknik, kemampuan, dan tentu nya hasil karya nya. Kalo semua itu udah baguss dan mateng, pasti nanti buah hasil dari karya nya bakal terasa. Ntah itu ditawarin job akan kerjasama, dikontrak suatu brand, ditunjuk jadi presiden, sampai dipilih sebagai pemenang penghargaan nobel … Yahh pokoknya, nanti hasilnya bakal kerasa deh. Bahkan mungkin hasil nya bisa diluar ekspektasi~⁣
.⁣
.⁣
Kayaknya segini dulu yang bisa gua share di tulisan kali ini. Semoga bermanfaat dan terbantu dengan petuah sotoy dari gua hahahahaha⁣
Oiya, kalo kalian ada masukan atau pemikiran yang lebih mantaaaap. Kalian bisa tulis itu di comment box yaaaaaw⁣
Jaa Nee~⁣

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tulisan #12 Begadang dan Kekurangan Tidur

Tulisan #20 Hal-hal ketika Ujian/UAS

Tulisan #24 Tak ada Gading yang tak Retak