Tulisan #23 (Suka?) Hujan

sumber pict : google

Di awal hanya menjatuhkan setitik. Setelah beberapa saat mulai mengajak teman-teman nya untuk ikut berjatuhan, dibarengi dengan warna langit yang semakin gelap.

Kupikir ini hanya akan sebentar dan tidak akan membuat kuyup tubuhku, jadi kulanjutkan perjalanan.
Ini perjalanan sungguhan, karena aku benar-benar berjalan. Iya jalan (menggunakan kaki).

Benar saja yang ku katakan, ternyata hanya sebentar, terlihat dari langit yang mulai cerah kembali.
Kupikir aku akan tetap berjalan tanpa meneduhkan tubuhku ini, setidaknya untuk sekarang.

Mengabaikan titik-titik air yang berjatuhan sambil berjalan menyusuri kota. Sambil sesekali melihat kuda besi atau di zaman modern ini yang biasa disebut mobil, berlalu lalang di atas aspal. Yahh walaupun tak banyak yang lewat, mungkin karena jalanan terlihat licin?
Tentu saja aku berjalan di trotoar, lapak pejalan kaki di sini sangat bagus, bersih, dan tersusun rapih. Mungkin ini salah satu alasan kenapa aku lebih memilih berjalan kaki. Berjejer toko-toko dan cafe di pinggir kiri trotoar.

Ternyata aku ditipu oleh langit. Dia memang terlihat kembali cerah. Tapi titik-titik yang berjatuhan dari langit tadi tidak berkurang intensitasnya. Malah semakin waktu semakin bertambah.

Titik-titik kecil yang kuabaikan tadi pun seperti marah karena diremehkan dan semakin ikut membesar, dan mulai membuat khawatir jika mengenaiku.

Seolah mengejekku, langit seakan-akan mempertegas bahwa dirinya berhasil menipuku dengan kembali menyelimuti dirinya dengan warna abu-abu gelap.

Dan benar saja, air yang berjatuhan semakin deras dan semakin deras lagi. Memaksa diriku untuk menyerah dari titik-titik air yang kuabaikan tadi dengan mencari tempat berteduh. Walaupun begitu aku sempat melawan lho, dengan meletakkan tas ku di atas kepala. Yahh setidaknya aku melakukan sedikit perlawanan sebelum benar-benar menyerah.

Aku menyerah dengan cara berteduh di sebuah cafe yang kutemukan ketika berlari sambil melakukan perlawanan tadi, perlawanan yang cukup sengit. Setidaknya aku sudah berjuang sebelum terlihat agak basah seperti sekarang.

Setelah menggibas-gibas kan air yang menempel pada tubuhku, ahh lebih tepat nya pada pakaianku, aku pun maauk dan langsung duduk di dekat jendela yang mengarah ke trotoar yang kulalui tadi. Tidak ada alasan khusus mengapa aku memilih duduk di sana. Tak lama setelah duduk, pelayan pun datang untuk menanyakan pesananku.

Sembari menunggu pesananku tiba, aku memperhatikan keadaan di luar jendela yang terlihat cukup gelap dan basah. Orang-orang yang mulai lari berhamburan karena titik-titik air yang dijatuhkan langit, itu cukup untuk membuatku tersenyum..

Tapi entah alasan apa yang membuatku tersenyum. Karena aku senang melihat orang-orang kesusahan karena air yang jatuh dari langit ? Ahh tidak mungkin, aku tidak sejahat itu.
Hmm ini pasti karena aku menyukai cuaca yang seperti ini, langit yang agak gelap, suhu yang cukup dingin, lingkungan yang lembap, dan suara tetesan air yang beriak. Iyaa pasti.

Atau lebih tepatnya, aku menyukai hujan...

Kata orang hujan itu pembawa rezeki.. bagaimana jika hujan sendiri itu adalah rezeki yang dimaksud ?
Dan kata orang lagi, hujan adalah waktu yang tepat untuk berdoa, karena doa ketika hujan akan lebih mudah dikabulkan.
Aku harap, ada sesuatu yang bisa kudoakan. Ahh bukankah itu termasuk berdoa juga ? Entah lah, lebih baik aku bersyukur karena telah mendapatkan hujan hari ini.


Aku bilang menyukai hujan, tapi ketika hujan datang aku malah pergi berteduh dan tidak menemuinya. Aku jadi sedikit ragu dengan rasa suka yang kumiliki terhadap hujan.

Pesananku telah tiba, sebuah kopi hangat yang manis. Aku akan menikmati kopi hangat ini sambil meyakinkan diriku kalau aku benar-benar menyukai hujan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

tulisan #12 Begadang dan Kekurangan Tidur

Tulisan #20 Hal-hal ketika Ujian/UAS

Tulisan #24 Tak ada Gading yang tak Retak